HALAMAN BERANDA
DESA MANDALA,KECAMATAN DUKUPUNTANG
PROFIL DESA MANDALA
Di desa mandala merupakan desa yang terletak di kecamatan dukupuntang jawabarat berjarak 8 KM, Dari pusat Ibukota Kabupaten Cirebon. dan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit. secara administratif desa yang merupakan perbatasan antara kabupaten cirebon dan kabupaten kuningan ini dikelilingi oleh empat desa disebelah utara berbatasan dengan desa cangkoak, sebelah barat berbatasan dengan Bobos,cikalahang sebelah timur berbatasan dengan desa cisaat dan sebelah selatan berbatasan dengan desa padamatang,kaduela desa mandala dilihat dari segi geografis terletak di perbukitan dengan topografi berupa dataran pada ketinggian 90 mdpl diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 255 meter, jumlah bulan hujan 8,00 bulan. desa mandala memiliki luas wilayah keseluruhan 266,1080 Ha. .yang terdiri dari 175 Hektar lahan sawah dan 30,4500 Ha Pemukiman, lahan fasilitas umum 29,4810 Ha, Luas Tanah Kering 61,6998. Sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 5490 Jiwa yang terdiri dari 1679 jumlah Kartu keluarga dengan jumlah anggota keluarga 5490 Jiwa. Mayoritas Penduduk desa mandala,Bermata pencaharian Sebagai Petani sebanyak 752 Jiwa ,buruh tani sebanyak 1249 jiwa, Peternak sebanyak 17 jiwa dan pedagang sebanyak 44 jiwa, secara administrasi desa mandala dibagi menjadi 5 Dusun yang terdiri dari 10 RW Dan 40 RT.
SEJARAH DESA MANDALA
A. Asal Mula Penduduk Desa Mandala.
Desa mandala yang kita kenal saat ini terletak disebelah Barat Kota Sumber sebagai Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon, jaraknya sekitar 8 km dan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 15 menit.Berdasarkan penuturan dari beberapa nara sumber dan data yang ada di Desa Mandala pada waktu itu adalah sebuah daerah yang tak berpenghuni, daerah yang terdiri dari lembah dan ngarai, banyak ditumbuhi alang-alang dan pohon buah-buahan serta berhawa sejuk. Pada awalnya daerah ini adalah sebuah daerah yang sama sekali tidak dikenal, dan pada jamannya daerah ini merupakan daerah kekuasaan dari Kesultanan Cirebon.Pada jaman itu Kesultanan Cirebon dipimpin oleh seorang Sultan yang masih muda belia,tetapi sangat disesalkan penyusun tidak mendapat keterangan tentang siapa nama Sultan Cierbon yang memerintah pada masa itu,dalam hal ini penyusun hanya mendapat keterangan dari sebuah literatur bahwa pada masa pemerintahan Kesultanan di Cirebon di mulai kurang lebih pada Tahun 1666-1667.Sultan Cirebon pada waktu itu mnempunyai kebiasaan mengadakan Inspeksi (meninjau)seluruh daerah yang termasuk ke Wilayah Kesultanan Cirebon. Sang Sultan mempunyai tiga orang Abdi Dalem yang sangat setia, ketiga abdi dalem ini terdiri dari tiga orang kakak beradik yang pertama bernama Agus Abdul,yang kedua Agus Karnen dan yang ketiga Agus Wahid. Ketiga Abdi dalem ini adalah orang pengembara yang berasal dari Negeri Mataram menurut bahasa masa itu disebut ”Jalmi Miji ” (orang Pengembaraan).Pada suatu saat Sultan Cirebon mengajak ketiga Abdi Dalemnya untuk mengiringi perjalanannya mengunjungi daerah-daerah kekuasaannya, maka berangkatlah rombongan Sultan Cirebon menuju arah barat Kesultanan, dari daerah yang satu dilanjutkan kedaerah yang lain, akhirnya rombongan Sultan Cirebon tiba pada suatu daerah yang sangat subur dan berhawa sejuk membuat Sang Sultan merasa betah dan enggan untuk melanjutkan perjalanannya, Sultan Cirebon memutuskan untuk beristirahat.Setelah cukup lama beristirahat akhirnya rombongan Sultan melanjukan perjalanannya menuju ke Kesultanan. Sesamnpainya di Kesultanan, Sultan Cirebon memanggil ketiga Abdi Dalemnya dan diperintahkannya kepada ketiga Abdi dalemnya itu agar ketiganya suatu hari dapat membuka lahan pertanian didaerah yang di pakai sebagai tempat beristirahat sewaktu dalam perjalanan mengunjungi daerah-daerah Kesultanan Cirebon.Menjelang beberapa hari berikutnya setelah mendapat perintah dari Sultan Cirebon,Agus Abdul, Agus Karnen, Agus Wahid (Ketiga Abdi Dalem) berngkat menuju daerah kosong itu. Sesampainyan di daerah itu ketiga Abdi Dalem Sultan memulai pembukaan lahan pertnian. Berkat keuletan dan kegigihan ketiganya dalam waktu tidak begitu lama telah terbentang sebuah lahan pertanian yang cukup luas, dan pada musim panen hasilnya melimpah ruah.Dalam waktu yang cukup singkat daerah yang sepi itu menjadi terkenal dengan hasil-hasil panen pertaniannya. Dengan menjadi terkenalnya daerah itu banyak mengundang orang-orang dari luar daerah, banyak tokoh masyarakat daerah lain yang sengaja datang kedaerah itu untuk membuka lahan dan belajar bertani seta ilmu agama. Karena dari hari ke hari semakin banyak para pendatang, ketiga Abdi Dalem Sultan Cirebon sepakat memberi nama daerah tersebut " Dukuh Pamijian ”(Dukuh = Kampung, Pamijian=Pengembaraan), sampai kini daerah itu di Desa Mandala dikenal dengan namaKampung Pamijen,makasejak itu secara politis tidak disadari telah terbentuk satu Pemerintahan yang selalu ditaati olehseluruh warga pendatang di Dukuh Pamijian adalah Agus Abdul sebagai Kepala Pedukuhan.Beberapa tahun kemudian Dukuh Pamijian berkembang menjadi sebuah daerah yang cukup ramai dan padat penduduk, daerah ini telah menjadi sebuah daerah pemukiman dan Agus Wahid adik dari Agus Abdul berangkat ke Kesultanan Cirebon untuk meminta daerah lain untuk mengembangkan llmu Pengetahuannya. Setelah adik dari Agus Abdul keterangan yang dapat dihimpun Agus Karnen menetap di daerah Cileuleuy dan Agus Wahid menetap di daerah Luragung Kuningan.Sepeninggal kedua adiknya Agus Abdul merasa sangat sedih dan kesepian, atas saran Sultan dan warganya Agus Abdul menikah dengan seorang bernama Nyi Mayang Sari yang berasal dari daerah Cikaso Kuningan.Pada suatu hari di Dukuh Pamijian tengah berlangsung panen raya dengan hasil panen yang sangat melimpah ruah, bertepatan dengan itu Sultan Cirebon dengan diiringi oleh para Menterinya dan Pejabat Kesultanan datang mengunjungi Dukuh Pamijian, hasil-hasil panen yang sangat banyak ditempatkan dalam wadah-wadah yang terbuat dari anyaman bambu, dan menururut bahasa yang dipakai pada masa itu wadahnya diberi nama wakul (bakul)/ said /bodag, maka sejak saat itu nama Agus Abdul diganti oleh Sultan Cirebon dengan sebutan Ki Wakul / Ki Said /Ki Bodag.Dukuh Pamijian makin terkenal, banyak tokoh-tokoh masyarakat dari daerah lain berdatangan untuk membuka lahan dan berdagang keperluan sehari-hari, diceritakan seorang tokoh yang berasal dari Pasawahan yang bernama Ki Bahar, tokoh ini di nilai oleh Ki Wakul sangat cerdik dan giat, maka oleh Ki Wakul, Ki Bahar diberikan kepercayaan untuk memimpin membuka lahan pertanian disebelah utara Dukuh PamijianTiba pada musim panen berikutnya kembali Sultan Cirebon datang berkunjung ke Dukuh Pamijian, seperti panen-panen sebelumnya hasil panen sangat melimpah, terlihat oleh Sultan hasil-hasil panen bertumpuk di mana-mana berkesan menumpuk menggunung (menurut penuturan bahasa setempat masa itu keadaan demikian di sebut ” Ngaligur”bertmpuk berkumpul menjadi satu sehingga terkesan menggunung). Atas dasar keadaan itu Sultan Cirebon mengganti nama Agus Abdul atau Ki Wakul / Ki Said / Ki Bodag menjadi Ki Ligur dan pada kesempatan itu Sultan Cirebon mengangkat secara resmi Ki Ligur menjadi Kepala Pedukuhan / Kepala Pemerintahan di Dukuh Pamijian. Sejak saat itu pula Sultan Cirebon menetapkan bahwa setiap musim panen adalah merupakan jadwal kunjungan tetap Sultan Cirebon.Pada kunjungan Sultan berikutnya istri Ki Ligur Nyi Mayang Sari melahirkan seorang anak laki-laki , pada waktu itu keadaan tanaman buah-buahan Ki Ligur sedang berbuah lebat dan ranum (menurut bahasa saat itu keadaan buah-buahan seperti itu disebut "Atub",maka anak pertama Ki Ligur diberi nama oleh Sultan Cirebon, Atub .Tidak di ceritakan Nyi Mayang Sari istri Ki Ligur sedang hamil, pada usia kehamilan Nyi Mayang Sari berusia 8 bulan ,Sultan Cirebon berpesan pada Ki Ligur apabila Nyi Mayang Sari melahirkan seorang anak perempuan agar di beri nama Nyi Mas Aci Gandasari.Ketika Ki Ligur kembali setelah menghadap Sultan dari Kesultanan Cirebon, isterinya telah melahirkan seorang anak perempuan, teringat pesan dari Sultan maka anak perempuannya diberi nama Nyi Mas Aci Gandasari.Nyi Mas Aci Gandasaritumbuh menjadi seorang remaja putri yang cantik jelita,kecantikannya sunggun tada bandingnya, berkulit putih bersih, rambutnya panjang bukan anak seorang petani Pedukuhan melainkan sorang Puteri seoran Raja yang elok rupawan dan cantik jelita.Melihat kecantikan anak Ki Ligur,Sultan Cirebon merasa sangat tertarik, dan pada suatu kesempatan Sultan Cirebonmengutus menterinya untuk meminang Nyi Mas Aci Gandasari. Puteri Ki Ligur seorang anak yang berbakti, setiap perintah kedua orang tuanya selalu dilaksanakandengan patuh dan taat, maka ketika utusan Sultan Cirebon Gandasari, Puteri Ki Ligur yang cantik jelita ini tidak menolak. Sejak saat itu Ńyi Mas Aci Gandasari dibawa ke Kesultanan menjadi Selir Sultan Cirebon.Setelah bersama-sama kita menghayati dan menyimak isi dari Cerita diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.Bahwa penduduk asli Desa Mandala adalah merupakan keturunan campuran dari berbagai etnis daerah.
2.Dukuh Pamijian adalah merupakan cikal bakal Desa Mandala.
3.Wilayah yang dipakai istirahat oleh Sultan Cirebon pada awal cerita ini sampai hari ini dikenal di Desa Mandala dengan nama Hulu Dayeuh.
B.LAHIRNYA DESA MANDALA
Seperti telah kita baca bersama pada halaman-halaman terdepan, diceritakan bahwa sejak daerah kosong yang dibuka Ki Ligur (Agus Abdul ) dan kedua adiknya Agus Kamen, dan Agus Wahid menjadi sebuah daerah pertanian dan sampai pada akhimya menjadi sebuah Pedukuhan yang sangat terkenal ke daerah-daerah lain serta banyak didatangi oleh tokoh-tokoh masyarakat dari daerah lain untuk membuka lahan pertanian di Dukuh Pamijian.Dikisahkan seorang Tokoh yang datang dari daerah Pasawahan yakni Ki Bahar (Buyut Bahar), telah membuka lahan pertanian atas ijin Ki Ligur sebagai Kepala Pedukuhan Pamijian, saat itu Ki Ligur memberikan satu daerah yang terletak di bagian utara pusat Pemerintahan Dukuh Pamijian (sebelah utara Desa Mandala saat ini ) Ki Bahar dengan anaknya Ki Lurah menggarap sebuah lahan pertanian yang cukup luas,lahan itu oleh Ki Bahar ditanami jenis padi tadah hujan (padi gogo/huma) ditumpang sari dengan tanaman buah-buahan.Demikian akan halnya lahan pertanian yang digarap oleh Ki Bahar dengan anaknya selalu menghasilkan panenan yang melimpah ruah, sampai tidak ada kesempatan untuk berhenti memetik hasil panenan yang melimpah ruah , setelah selesai memanen padi huma diganti memanen buah-buahan dan tanaman lainnya, demikian keadaanya terus menerus silih berganti, menurut bahasa yang dipakai pada masa itu keadaan yang demikian itu " Teu menda-menda dialana " ( artinya tidak ada hentinya memanen),yang menjadi keanehan Ki Bahar saat itu adalah bahwa setiap musim panen tiba selalu diikuti oleh wabah kematian para penduduk disekitarnya, wabah ini datang dan menyerang penduduk, paginya merasa sakit sore harinya meninggal dunia demikian sebaliknya sehingga hasil panen yang didapat oleh Ki Bahar dan warganya ini selalu tidak bersisa karena dipakai untuk mengurus dan membiayai penduduk yang terkena wabah itu.Atas dasar kejadian-kejadian tersebut diatas, Ki Bahar menhadap pada Ki Ligur untuk meminta petunjuk, menanggapilaporan dari Ki Bahar, Ki Ligur menyarankan agar fungsikan menjadi kebun,selanjutrnya diperintahkan oleh Ki Ligur kepada Ki Baher Chratukmembuka Pemukiman Baru dan memindahkan penduduknya kesebelah Selatan lahan Huma tersebut.
C. ASALMULA NAMA – NAMA TEMPAT DIDESA MANDALA.
1.GUNUNG LINGGA.
Seperti yang telah kita baca bersama pada halaman-halaman terdepan bahwa berdirinya Dukuh Pamijian hingga akhirnya menjadi sebuah Desa dengan nama Desa Mandala dan Ki Ligur (Buyut Ligur) / Agus Abdul / Ki Wakul sebagai Ki Kuwu yang pertama,banyak para Tokoh yang sengaja datang ke Desa Mandala, sperti dikisahkan seorang Tokoh yang dikenal dengan Sebutan Buyut Bodas dan Buyut Bagong. Keberadaan kedua Tokoh tersebut sampai kini diyakini oleh masyarakat Desa Mandala pada umumnya, dan hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat Desa Mandala yang selalu menceritakan keistimewaan ( kelebihan )yang dimiliki kedua Tokoh tersebut, dan seolah tidak terlepas dari bagian Sejarah Desa Mandala.
Menurut nara sumber bahwa Buyut Bodas adalah seorang Tokoh yang berasal dari daerah Panyingkiran Kulon, pada masanya Buyut Bodas ini dikenal dengan sebutan Lanang Sejati, karena selama hidupnya tidak pernah beristeri (menikah). Buyut Bodas sengaja datang ke Desa Mandala untuk menyusul Saudara seperguruannya yaitu Buyut Bahar (Ki Bahar) yang berasal dari Pasawahan, dan karena Buyut Bahar telah memutuskan untuk tinggal dan menetap di Desa Mandala hingga akhir hayatnya,maka Buyut Bodas-pun mengikuti jejak saudara seperguruannya. Atas dasar keterangan-keterangan tersebut diatas di Desa Mandala sampai saat ini ada daerah yang dikenal dengan sebutan Buyut Bodas.
Menurut keterangan Buyut Bagong berasal dari Tegal Jawa Tengah datang ke Desa Desa yang besar dan dikenal keberadaannya ke berbagai daerah lain. Buyut Bagong Bahar),dan menetap di Desa Mandala, sampai akhir hayatnya ,kuburannya terletak di Makam Huma,siapa nama anak perempuan dan Buyut Baher (K Banno).
Dikisahkan seorang Tokoh yang berama Raja Mandala, dan menurut keterangan Tokoh ini berasal dari satu daerah yakni Desa Raja Mandala yang saat ini memang di daerah tersebut masih dikenal dengan nama Desa Raja Mandala di Kabupaten Bandung.
Penyusun mendapat penuturan dari salah seorang Sesepuh / Tokoh di Desa Mandala bahwa Raja Mandala ini adalah seorang Raja / Kepala Pemerintahan datang dengan sengaja ke Desa Mandala atas dasar petunjuk dari Sultan Cirebon saat itu, Raja Mandala datang ke Desa Mandala diikuti oelh para pengiringnya (para patih,dan hulu balangnya) antara lain:
1. Buyut Arga Bicara (Ki Raga)
2. Buyut Sawitem
3. Buyut Ranem (Ki Ranem)
4. Buyut Joglo (Ki Joglo)
5. Buyut Sawinah
Raja Mandala mendapat perintah Sultan Cirebon untuk menetap di Desa mandala.Selanjutnya Penyusun tidak mendapat keterangan alas an yang lebih kuat lagi atas dasar apa Raja mandala datang ke Desa Mandala dan menetap, yang jelas Ki Kuwu Kigur mendapat perintah Sultan Cirebon untuk memberikan pelayanan istimewa dan mendirikan semacam sebuah Keraton (Istana) sebagai tempat peristirahatan Raja Mandala.
Maka atas dasar perintah tersebut Ki Kuwu Ligur beserta para Tokoh dan Masyarakat Desa Mandala saat itu mengadakan persiapan-persiapan pendirian Keraton,dikarenakan situasi saat itu sering terjadi penyerbuan dan perampokan ke Desa Mandala, maka dengan bantuan para Patih danHulu Balang Raja Mandala dibuatlah pos-pos penjagaan, pos-pos itu terletak di jalan masuk yang menuju Desa Mandala dari arah Barat, hingga sampai saat ini di daerah tersebut sampai saat ini dikenal dengan nama Pajagan yakni persimpangan jalan yang menuju ke Dusun II Desa Mandala saat ini.
Pengumpulan bahan bangunan seperti Pasir, Kapur dan Bata mendapat dukungan dari seluruh Warga Ki Kuwu Ligur. Berita pembangunan Keraton di Desa Mandala telah menyebar ke Luar Daerah Desa Mandala, dan hal ini tentunya banyak mengundang perhatian pihak-pihak lain. Untuk selanjutnya dikisahkan ketika pembangunan Keraton akan dimulai, tiba-tiba sekelompok gerombolan yang datang dari Kempek dan Rajagaluh datang menyerbu Desa Mandala, dengan adanya kejadian tersebut maka pembangunan Keraton dibatalkan.Ki Kuwu Ligur dJan Raja Mandala serta para Patihnya segera menyusun kekuatan untuk mengadakan perlawanan dengan peralatan sederhana dan seadanya,pertempuran tak dapat dielakan lagi terjadi disebuah lembah yang terletak di sebelah utara Desa Mandala, dan pada akhirnya pasukan geromobolan dapat dikalahkan oleh pasukan Ki Kuwu Ligur dan Raja Mandala, 3 (tiga) orang patih Raja Mandala yakni Ki Buyut Arga Bicara(Ki Raga),Buyut Sawitem dan Buyut Joglo (Ki Joglo) gugur dalam pertempuran pada saat itu,tetapi konon anehnya tak seorangpun penduduk asli Desa Mandalagugurpertempuran itu. Maka sejak saat itu lembah yang dijadikan sebagaikubupertahanan itu dinamakan Dukuh Lebur hingga saat ini daerah itu dikenal dengan sebutan Dukuh Lebur.Setelah kejadianitu Raja Mandala merasa sangat terpukul dan bersedih dan selanjutnyamem Kuwu Ligur untuk tidak meneruskan pembangunan Keraton. Selanjutnya dikisahkan bahwa untuk menghilangkan kesedinannaye RajaTapa Brata untuk mencari ketenangan jiwa dan petunjuk,Mandala akan melakukanTapanya Raja Mandala berpesan pada dua orang tetapi sebelum melaksanakanpatihnya yaitu Buyut Ranem (Ki Ranem) dan Buyut Sawinah juga kepada Ki Kuwu Ligur,isi dari pesan Raja Mandala diantaranya:
1. Buyut Ranem ( Ki Ranem ) dan Buyut Sawinah untuk menetap di Desa Mandala dan taat serta membantu Ki Kuwu Ligur.
2. Seluruh penduduk Desa Mandala tidak boleh meninggalkan Desa Mandala dan tidak boleh mengadakan perlawanan apabila dikemudian hari, ke Desa Mandala ada penyerbuan / penyerangan, selanjutnya dipesankan juga bahwa pertentangan secara kasar akan menimbulkan banyak kerugian.
3. Seluruh peralatan / perkakas perang dan perabotan yang dibawa oleh Raja Mandala dikubur dalam satu lubang.
kedua patihnya, maka berangkatlah Raja Mandala menuju sebuah Bukit disebelah timur Desa Mandala, sebelum melaksanakan Tapa Bratanya Raja Mandala melepas pakaian kerajaannya dan semua senjata serta jimat-jimatnya lalu dikubur dipuncak bukit itu. Setelah selesai mengubur barang-barang miliknya Raja Mandala menghilang tanpa jejak di puncak bukit itu. MMenghilangnya Raja Mandala menurut Anglinggani " danatas dasar itulah sampai saat ini Bukit itu dikenal dengan nama Gunung Lingga.
Untuk selanjutnya Ki Kuwu Ligur dan kedua patih Raja Mandala melaksanakan semua pesan Raja Mandala untuk mengubur semua barang-barang, dan peralatan/senjata bekas perang dan perabotan milik Raja Mandala dalam satu lubang panjang,yang terletak disebelah utara Pos Penjagaan, dan hingga kini daerah itu dikenal dengan nama Makam Panjang.
Di Desa Mandala sampai saat ini banyak dikenal nama-nama wilayah yang erat kaitannya dengan Sejarah terbentuknya Desa mandala yang dituturkan seperti diatas,antara lain Buyut Ki Raga (Arga Bicara), Buyut Sawitem, Buyut Ki Ranem,Buyut Ki Joglo dan Buyut Sawinah, dan mengenai bahan-bahan bangunan yang semula direncanakan untuk pembuatan Keraton tempat peristirahatan Raja Mandala,yang batal terwujud hingga kini di Desa Mandala ada wilayah yang dikenal dengan sebutan Gunung Bata, Pakapuran dan Pakesikan
2. PASIRANJING DAN PASIR WEDUS
Selanjutnya diceritakan sebuah daerah yangkini letaknya ada diperbatasan antara Desa Mandala dengan Desa Cangkoak Kecamatan Dukupuntang yaitu Dusun Pasiranjing dan Pasir Wedus, Dalam hal ini Penyusun tidak mendapat penjelasan secara rinci dari para nara sumber, namun demikian ada salah seorang Tokoh Masyarakat Desa Mandala yang menceritakan bahwa Wilayah tersebut tadinya dikenal dengan sebutan Pasar Enjing (Pasar Pagi), yang mungkin tadinya bahwa sehubungan dengan rencana pembangunan Keraton di Desa Mandala telah direncanakan semacam tata ruang penataan wilayah. Sebagaimana yang telah dijelaskan lebih awal bahwa Desa Mandala pada saat itu banyak para pendatang yang sengaja datang dan menetap dan mungkin dari berbagai Etnis (Suku) sehingga ada perubahan penyebutan secara Etimologis dari Pasar Enjing menjadi Pasiranjing.
Sedaangkan Pasir Wedus adalah sebuah bukit yang berada di sebelah Timur Desa Mandala saat ini yang konon menurut penjelasan yang dapat dihimpun oleh Penyusun daerah itu tadinya merupakan daerah subur yang dipakai sebagai tempat beternak kambing dan kerbau, dan hingga kini daerah itu dikenaloleh Masyarakat
Desa Mandala dengan nama Paslr Wedus,Pasir=Bukit/ dataran tinggi versi sunda sedangkan Wedus = Kambing.
3. DUKUH DALEM
Sepertiyang telah diceritakan pada halaman terdepan bahwa Ki Agus Abdul / Ki Wakul /Ki Bodag /Ki said atau yang kemudian dikenal dengan nama Ki Kuwu Ligur dari perkawinannya dengan Nyi Mayang Sari dikaruniai dua orang anak yakni Ki Atub dan Nyi Mas Aci Gandasari Nyi Mas Aci Gandasari yang cantik jelita dipinang oleh Sultan Cirebon dijadikan selir,selama menetap di Dalem Kesultanan Cirebon, Nyi Mas Aci Gandasari mendapat perlakuan istimewa dari Sultan Cirebon, perlakuan yang diberikan Sultan Cirebon pada saat itu dikeranakan Nyi Mas Aci Gandasari adalah selir yang tercantik diantara selir-selir yang lain. Akibat dari perlakuansulatan Cirebon Nyi Mas aci Gandasari menjadi bahan gunjingan dan cemoohan dari selir-selir lainnya yang merasa iri hati.
Dengan adanya perlakuan dari selir-selir yang lain Nyi Mas Aci Gandasari, meskipun hidupnya ditengah gemerlapan suasana Istana Kesultanan Cirebon, menjadi tidak tenang, dari hari ke hari selalu dihinggapi rasa resah, gelisah dan rasa takut yang mencekam sehingga ia selalu mengurung diri di dalam keputrennya, hingga sampai akhirnya Nyi Mas Aci Gandasari terganggu jiwa (hilang ingatan).
Melihat kenyataan yang sangat memprihatinkan ini Sultan Cirebon memutuskan untuk memulangkan Nyi Mas Aci Gandasari ke Desa Mandala kepada Ki Kuwu Ligur untuk diobati. Sebelum Nyi Mas Aci Gandasari dipulangkan, Sultan Cirebon memerintahkan kepada Ki Kuwu Ligur untuk membuka lahan baru yang akan diberikan kepada Nyi Mas Aci Gandasari sebagai mas kawin dan bekal selama hidupnya.
Atas dasar perintah itu Ki Kuwu Ligur membuka kembali lahan baru dengan dibantu oleh seluruh warganya, berselang setelah itu Nyi Mas Aci Gandasari kembali ke tanah kelahirannya yaitu Dukuh Pamijian ( Pamijen) yang telah berganti nama menjadi Desa Mandala, sehingga akhir hayatnya dan dikuburkan di Desa Mandala,sekarang wilayah itu dikenal dengan nama Makam Nyi Mas. Sedangkan lahan baru yang diberikan oleh Sultan Cirebon kepada Nyi Mas Aci Gandasari sebagai mas kawin dikenal sampai saat ini dengan nama Balong Dayeuh yang letaknya disebelah Timur Kantor Desa Mandala saat ini, dan sebidang tanah lagi terletak di sebelah Utara Desa Mandala yaitu Kebon Pedaleman yang sekarang ini dikenal dengan sebutan Dukuh Dalem , Tepatnya wilayah ini sekarang termasuk ke dalam wilayah Dusun II Desa Mandala, (Dukuh = Kampung, Dalem (Kebon Dalem ).
4. JATIGEDOGAN
Dikisahkan tentang anak Ki Kuwu Ligur yang pertama yakni Ki Atub (Buyut Atub)tentang siapa dan dari mana isteri Ki Atub, menurut keterangan Ki Atub telah mempunyai 4 (empat) orang anak yakni:
1. Buyut Mes
2. Buyut Makirah
3. Buyut Rasi,dan;
4. Buyut Kanudin
Untuk keempat cucunya Ki Kuwu Ligur mendapat perintah Sultan Cirebon untuk membuka lahan pertanian yang lokasinya disebelah selatan Desa Mandala. Konon menurut penuturan daerah itu sebuah hutan jati, maka ditebanglah hutan itu dan terbentanglah sebuah lahan pertanian.
Sesuai dengan perintah yang diterima Kayu Jati hasil penebangan dikirimkan sebagian ke Kesultanan Cirebon, dan sebagian lagi digunakan oleh keempat cucu Ki Kuwu Ligur untuk membuat Gedogan Kuda (gedogan = Istal / Kandang Kuda),sedangkan daerah hutan jati yang ditebang dijadikan sebagai lahan pertanian dan hingga kini daerah itu dikenal dengan nama Sawah Jati / Telar Jatl ,sedangkan perkampungan yang berbatasan dengan Desa Cikalahang disebelah Barat Desa Mandala hingga kini dikenal dengan sebutan Kampung Jatlgedogan.
FOTO BAPAK KUWU H.RODIAH MAHDAR ARAF
PROFIL DESA
A. Potensi Umum
1. Batas Wilayah
Batas
Desa/Kel
Kecamatan
Sebelah utara : Desa Cangkoak
Sebelah selatan : Desa Padamatang, Kuningan
Sebelah timur : Desa Cisaat
Sebelah barat : Desa Cikalahang
2. Luas wilayah menurut penggunaan
Luas pemukiman
30,4500 Ha
Luas persawahan
175 Ha
Luas perkebunan
15,9998 Ha
Luas kuburan
0,36 Ha
Luas pekarangan
15,2500 Ha
Luas taman
- Ha
Perkantoran
0,1073 Ha
Luas prasarana umum lainnya
29,0137 Ha
Total luas
266,1080 Ha
TANAH SAWAH
Sawah irigasi teknis
175 Ha
Sawah irigasi ½ teknis
- Ha
Sawah tadah hujan
- Ha
Sawah pasang surut
- Ha
Total luas
175 Ha
TANAH KERING
Tegal/ladang
15,9998 Ha
Pemukiman
30,4500 Ha
Pekarangan
15,2500 Ha
Total luas
61,6998 Ha
TANAH BASAH
Situ/waduk/danau - Ha
Total luas - Ha
TANAH FASILITAS UMUM
Kas Desa/Kelurahan :
a. Tanah bengkok 12,1762 Ha
b. Tanah titi sara 10,2080 Ha
Lapangan olahraga 0,2798 Ha
Perkantoran pemerintah 0,1073 Ha
Tempat pemakaman desa/umum 0,36 Ha
Bangunan sekolah/perguruan tinggi 0.3600 Ha
Jalan 5,5 Km
Sutet/aliran listrik tegangan tinggi
0,02 Ha
Total luas
29,4810 Ha
3. Iklim
Curah hujan
255 mm
Jumlah bulan hujan
8,00 bulan
Kelembaban
80 OC
Suhu rata-rata harian
31 OC
Tinggi tempat dari permukaan laut
90,00 mdl
4.Jenis dan Kesuburan Tanah
Warna tanah (sebagian besar)
Hitam
Tekstur tanah
Pasiran
Tingkat kemiringan tanah
30 derajat
Lahan kritis
0,00 Ha
Lahan terlantar
0,00 Ha
5. Topografi
Desa/kelurahan dataran rendah
Ya
66,250 Ha
Desa/kelurahan bantaran sungai
Ya
2,45 Ha
Lain-Lain
0,00 Ha
Orbitasi
Jarak ke ibu kota kecamatan
2,7 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan
kendaraan bermotor
15 Menit
Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan
berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
45 Menit
Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan 20 Mnt/Tidak ada
Jarak ke ibu kota kabupaten/kota
08,00 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan
kendaraan bermotor
0.45 Jam
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan
berjalan kaki atau kendaraan non bermotor 1,5 Jam
Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten/kota 2 Unit/ Ada
Jarak ke ibu kota provinsi
91 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan
kendaraan bermotor
3,00 Jam
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan
berjalan kaki atau kendaraan non bermotor 24 Jam
Kendaraan umum ke ibu kota provinsi
15 unit/Ada
B. PERTANIAN
TANAMAN PANGAN
Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian
863 keluarga
Tidak memiliki
816 keluarga
Memiliki kurang 10 ha
712 keluarga
Memiliki 1,0 – 5,0 ha
93 keluarga
Memiliki 5,0 – 10 ha
11 keluarga
Memiliki lebih dari 100 ha
0 keluarga
Jumlah total keluarga petani
816 keluarga
G . POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA
Jumlah laki-laki
2828 orang
Jumlah perempuan
2662 orang
Jumlah total
5490 orang
Jumlah kepala keluarga
1679 KK
Kepadatan Penduduk
2,06 per M
PRASARANA DAN SARANA KESEHATAN
Prasarana Kesehatan
Puskesmas
- Unit
Puskesmas Pembantu
1 Unit
Poliklinik/Balai Pengobatan
- Unit
Posyandu
5 Unit
Jumlah Rumah/Kantor Dokter Praktek
- Unit
Sarana Kesehatan
Jumlah Dokter Umum
- Orang
Jumlah Paramedis
4 Orang
Bidan
2 Orang
Perawat
3 Orang
Jumlah Dokter Praktek
- Orang
PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN
Gedung SMA/Sederajat
- Unit
Gedung SMP/Sederajat
1 Unit
Gedung SD/Sederajat
3 Unit
Gedung TK
2 Unit
Gedung Tempat Bermain Anak
- Unit
PRASARANA ENERGI DAN PENERANGAN
Listrik PLN
Tiap Rumah ada
Genset pribadi
8 unit
Kayu bakar
2 Keluarga
PRASARANA PERIBADATAN
Jumlah Masjid
3 buah
Jumlah Langgar/Surau/ Musholla
14 Buah
PRASARANA OLAH RAGA
Lapangan Sepak Bola
- Buah
Lapangan Bulutangkis
- Buah
Meja Pingpong
- Buah
Lapangan Tenis
- Buah
Lapangan Volley
5 Buah
Lapangan Golf
- Buah
Pacuan Kuda
- Buah
Lapangan Basket
- Buah
Pusat Kebugaran
- Buah
C. LEMBAGA KEAMANAN
1.Hansip dan Linmas
Keberadaan Hansip dan Linmas
Ada
Jumlah anggota Hansip
10 Orang
Jumlah anggota Satgas Linmas
10 Orang
Pelaksanaan SISKAMLING
Ada
Jumlah Pos Kamling
7 buah
2.Satpam Swakarsa
Keberadaan SATPAM SWAKARSA
Tidak ada
Jumlah anggota
- Orang
Nama organisasi induk
- Orang
Pemilik organisasi
- Orang
Keberadaan organisasi keamanan lainnya
- Orang
3. Kerjasama Desa/Kelurahan dengan TNI – POLRI dalam Bidang TRANTIBLINMAS
Mitra Koramil / TNI
ada
Jumlah anggota
1 Orang
Jumlah kegiatan
1 Jenis kegiatan
Lainnya
Babinkamtibmas / POLRI
ada
Jumlah anggota
1 Orang
Jumlah kegiatan
1 Jenis kegiatan
Lainnya
-